Rabu, 30 April 2014

Mengenang sejarah melalui monumen di Banda Aceh







Jika anda berkunjung ke Banda Aceh, anda akan menjumpai berbagai tugu dan monumen  di berbagai lokasi di Banda Aceh. Beberapa monumen dibuat untuk mengenang sejarah-sejarah yang terjadi di Aceh. Berbagai tugu dan monumen ini pun terletak di beberapa lokasi wisata di Banda Aceh. Untuk lebih jelas, mari sejenak kita meneropong monumen apa saja yang berada di seputaran kota Banda Aceh ini.


1. Tugu Proklamasi Republik Indonesia
Tugu yang satu ini pada awalnya dibangun di depan kantor walikota Banda Aceh atau bisa dibilang, berada langsung disebelah kiri Masjid Raya Baiturrahman. Pada tempat atau lokasi yang satu ini mengurai peristiwa bersejarah bagi masyarakat Aceh dimana lokasi yang satu ini pernah berdiri hotel Aceh tempat presiden Sukarno pernah menginap pada tanggal 16 Juni 1948 dan juga bertemu dengan penguasa-penguasa Aceh pada masa itu. Beberapa tahun yang lalu, di dekat tugu Proklamasi yang satu ini berdiri sebuah tower PDAM. Namun, kini tower tersebut sudah dihancurkan dan dibangun fasilitas bermain anak-anak.

source: google

Taman Sari


Tugu Proklamasi Republik Indonesia ini sekarang berada di dalam kawasan Taman Sari. Tak jarang, banyak pengunjung yang berdatangan dan melihat tugu yang satu ini. Sembari berkunjung melihat tugu, jangan lupa berjalan-jalan di sekitar taman Sari. Taman yang satu ini juga dibangun lagi menjadi lebih baik dan multi fungsi. Letaknya yang strategis sebagai ruang hijau menjadikannya tempat berekreasi dan juga simbol dari pembaruan dan harapan. Tak jarang, setiap akhir pekan, banyak keluarga yang membawa sanak saudaranya untuk berwisata ke kota Banda Aceh dan Taman Sari adalah salah satu solusi alternatifnya. 


2. Tugu Tsunami
Jika anda mengenal museum Tsunami, nah tugu yang satu ini berada tidak jauh dari museum Tsunami. Bisa dikatakan jika tugu ini berada dalam kawasan lapangan  Blang Padang. Tugu Tsunami ini dijadikan monumen bagi daerah tersebut yang menandakan pernah terjadinya tsunami yang maha dahsyat. Sebenarnya, tugu tsunami dapat kita temukan di beberapa tempat yang pernah dilewati oleh gelombang tsunami tahun 2004 silam. Tugu Tsunami ini dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara, Jakarta. Tugu ini berada di dekat replika pesawat Dakota RI-001.  Tujuan didirikannya tugu ini agar ikut mengenang hari yang sangat bersejarah yaitu bencana alam gempa dan tsunami yang terjadi di pesisir pantai Asia Pasifik.







3. Monumen Aceh Thanks to The World

Monumen ini adalah salah satu bentuk terima kasih masyarakat Aceh kepada dunia, termasuk para relawan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, lembaga tinggi negara, ketentaraan dalam luar negeri yang sangat berpartisipasi dalam merekontruksi Aceh pasca musibah Tsunami. Bangunan tersebut berbentuk seperti gelombang tsunami dan berada di sisi utara. Selain monumen Aceh Thanks to The World, sebagai rasa berterimakasih kepada negara-negara lain, maka dibuatlah prasasti dan pohon persahabatan bagi negara-negara yang ikut berpatisipasi. Pada prasasti itu tertulis nama negara, bendera negara, dan ucapan 'terima kasih dan damai' dalam bahasa masing-masing negara. Total dari prasasti itu sendiri terdapat 53 prasasti di lapangan Blang Padang. Contohnya seperti pada tugu kecil Republik Finlandia yang bertuliskan "Kiitos Rauha" yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai "Terima kasih dan Damai".

Monumen-monumen yang digunakan untuk mengingat akan memori pada tahun 2004 silam. Ada juga walk of frame Tsunami, ialah lantai didepan monumen yang dipenuhi prasasti yang memuat berbagai hal tentang tsunami, jumlah korban tewas dan hilang, jumlah jembatan yang musnah, dan jumlah warga yang menjadi korban dan mengungsi di suatu tempat,dan lain lain.

Terlepas dari itu, mari kita menelusuri lapangan Blang Padang. Lapangan yang berluaskan 8 ha ini dulunya digunakan hanya untuk upacara-upacara bendera yang dilakukan oleh pemerintah Aceh, tetapi sekarang lapangan ini telah berubah fungsinya menjadi alun-alun kota Banda Aceh setelah mengalami perbaikan dan renovasi di berbagai tempat. Lapangan yang satu ini memiliki fasilitas-fasilitas olahraga antara lain lapangan bola kaki, jogging track, sampai dengan lapangan basket sehingga tak jarang pada akhir pekan banyak penduduk lokal maupun wisatawan asing yang datang hanya untuk menikmati segarnya udara pagi di Banda Aceh.




4. Monumen Tsunami PLTD APUNG
Disini kita dapat melihat monumen bersejarah yang melukiskan mengenai tsunami. Monumen ini memang sengaja dibuat dengan bentuk gelombang air laut,kapal dan jam yang menunjukkan pukul terjadinya gempa bumi dan tsunami di Aceh. Di bawah monumen berisi nama-nama desa dan korban jiwa. Di dekat monumen terdapat relief yang terbuat dari tembaga yang berkisah terdamparnya kapal Apung PLTD ini.





5. Monumen Atjeh Tram
Saat tahun 1970, warga di kota Banda Aceh masih menggunakan kereta api sebagai salah satu transportasi. Kereta api yang satu ini mencapai rute hingga kota Medan di Sumatera Utara. Kini salah satu lokomotif atau gerbongnya dijadikan monumen kereta api yang berada di Jl. Sultan A. Mahmudsyah. Monumen ini menjadi salah sejarah transportasi di Banda Aceh. Sejarah dari pembangunan kereta Api Aceh ini sendiri terbilang unik, karena tujuan awal pembangunannya digunakan sebagai sarana mengangkut peralatan militer dari pelabuhan Ulee Lheue ke Banda Aceh. Hal itu yang berdampak besar bagi atau memberikan keuntungan ekonomi dan politik yang besar.


Monumen Atjeh Tram


6. Menara Air Banda Aceh
 Hal yang satu ini merupakan peninggalan bersejarah yang terus kokoh di tengah kota. Menara ini terletak di tepi jalan Balai Kota, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman kota Banda Aceh. Menara air ini letaknya tak jauh dari Taman Sari dan tak jauh dari bekas Hotel Aceh di depan mesjid Raya Baiturrahman. Menara ini adalah peninggalan kolonial belanda yang dalam bahasa belanda sering disebut sebagai Water Toren. Bangunan ini didirikan pada tahun 1880. Saat ini bangunan tersebut sudah tidak dapat berfungsi kembali. Bangunan tersebut berbentuk bundar dan mempunyai sebuah pintu yang terbuat dari kayu menghadap ke arah barat. Bagian pintu dibuat menonjol dan berbentuk gerbang dengan bentuk limas. Bentuk menara yang satu ini hampir sama dengan bentuk menara air di Medan, Sumatera Utara. Atap bangunan tersebut terbuat dari seng yang berbentuk kubah. Pada bagian atas atap terdapat kemuncak yang berbentuk segi enam. Pada bagian depan pintu kurang lebih 3m terdapat bak dari beton yang didalamnya dijumpai instalasi pipa air kurang lebih 2n dari permukaan tanah.




Nah, untuk anda yang ingin menikmati wisata-wisata di Banda Aceh lainnya, ayo mampir ke beberapa tempat yang sudah saya sebutkan di atas. Anda tidak akan menyesal mengunjungi tempat-tempat rekomendasi yang satu ini. Ayo,tunggu apa lagi? Nikmati berbagai wisata yang tidak akan pernah anda lupakan di Banda Aceh! Feel the harmony, discover the extradionary.

Continue Reading...

Selasa, 29 April 2014

Menyelusuri Museum Ali Hasjmy


Seperti pada museum biasanya, tempat ini banyak menyimpan cerita. Di atas lahan sekitar 3000 meter persegi itu terdapat pustaka dan museum. Di museum kita dapat menemukan koleksi dari peninggalan Prof. Ali Hasjmy, sampai dengan berbagai macam buku yang dapat kita jumpai disini. Jumlah dari buku-buku tersebut  sekitar 15000 buku tentang sastra, Islam, politik, sejarah, dan budaya serta berbagai arsip lama yang berkaitan dengan Aceh pada peristiwa masa lalu. Tak hanya itu, di museum ini kita dapat menemukan berbagai buku dengan berbagai bahasa, antara lain bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan bahasa Aceh. Ada juga berbagai macam naskah kuno serta album-album foto yang bernilai sejarah.




Museum ini terdiri dalam 4 ruangan, yaitu ruangan khutubkhanah tgk Chik Kutakarang, yang berisi kitab-kitab dan buku kuno awal abad ke-20, kemudian ada ruangan warisan budaya dan nenek puteh, yang berisi benda-benda warisan budaya Aceh, seperti senjata khas Aceh, pakaian Aceh, dan keramik kuno. Kemudian ada pula ruangan yang merupakan ruangan khasanah milik Ali Hasjmy. Didalam ruangan ini terdapat dokumen pribadi milik Ali Hasjmy. Dan ruangan terakhir ialah ruangan teknologi tradisional Aceh. Pada ruangan ini terdapat pula hasil kerajinan dari masyarakat Aceh. 

Tak hanya itu, kita dapat menemukan benda-benda bersejarah seperti pedang, bedil yang digunakan pada masa kolonial Belanda, balai atau meudrah yang berfungsi sebagai tempat diadakannya musyawarah maupun pertemuan, Jeungki (seperti penumbuk padi), dan tempat penyimpanan gabah. Pengunjung juga dapat menikmati sejarah tentang seorang Cut Nyak Dhien. Disini terdapat pula berbagai koleksi buku hasil karya Prof. Ali Hasjmy yang sangat berguna untuk masyarakat Aceh.


Koleksi-koleksi buku dan benda-benda bersejarah yang dipajang tersebut merupakan tulisan-tulisan dari sahabat serta kolega dari berbegai negara, serta kumpulan beberapa buku tentang para tokoh gerakan nasional. Di museum ini pun terdapat pula kitab suci Al-Qur'an yang tertulis pada media kulit kambing,yang terbit awal abad ke-20. Selain itu pengunjung dapat melihat pedang Habib Mustafa yang juga merupakan salah satu pahlawan Aceh yang meninggal saat melawan Belanda di Bakongan, Aceh Selatan, tahun 1926.

Pada awalnya museum ini adalah kediaman dari Prof. Ali Hasjmy. Beliau dilahirkan pada tanggal 28 maret 1914 di daerah Lampaseh, Banda Aceh. Semasa hidupnya, beliau pernah menjabat sebagai gubernur Aceh dan merupakan mantan rektor IAIN Ar-Raniry Darussalam di kota Banda Aceh. Beliau juga dikenal sebagai ulama, sastrawan, budayawan, juga politikus di Aceh. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Anggota Dewan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Pada tahun 1989, beliau mendirikan sebuah yayasan yang bernama Ali Hasjmy. yayasan itulah yang menampung naskah-naskah kuno dan beberapa buku yang terdiri dari berbagai bahasa. 





Perpustakaan dan museum ini awalnya diresmikan oleh Prof. Dr. Emil Salim yang saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jika anda ingin mengunjungi museum ini menggunakan kendaraan milik pribadi, maka dari pusat kota Banda Aceh anda dapat langsung menuju ke jalan Teuku Umar. Saat berada di simpang tiga anda dapat menuju ke jalan Cut Nyak Dhien, kemudian belok kiri menuju jalan Jenderal Sudirman.  Karena letaknya sangat strategis, yaitu berada di pusat kota, kendaraan apa saja dapat menjangkau tempat yang satu ini. Museum Ali Hasjmy ini dibuka setiap hari Senin sampai hari Jumat, mulai pukul 08.00 sampai dengan 12.00 (buka setengah hari). Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu museum ini ditutup untuk umum.

Sebaiknya pemerintah setempat memperhatikan museum Ali Hasjmy tersebut agar diberikannya perbaikan-perbaikan pada museum yang satu ini serta perawatan-perawatan terhadap manuskrip-manuskrip kuno. Jika anda ingin belajar sejarah Aceh selain di museum Aceh, anda dapat bergegas ke museum yang satu ini. Selain itu, anda dapat belajar banyak sejarah karena disini anda dapat melihat koleksi-koleksi bersejarah sekaligus membaca berbagai macam naskah buku kuno. Selamat berwisata!
Continue Reading...

Sabtu, 26 April 2014

Tugu Titik Nol Gampong Pande, Bukti Kelahiran Banda Aceh





Tahun 2014, Banda Aceh genap berusia 809 tahun. Perjalanan dan usia yang sangat panjang bagi sebuah kota yang berada di ujung pulau Sumatera ini. Ada baiknya jika kita mengetahui peninggalan-peninggalan bersejarah yang menjadi cikal bakal kota Banda Aceh. Tidak hanya Sabang yang mempunyai tugu nol kilometer, Banda Aceh juga mempunyai tugu nol kilometer Banda Aceh yang terletak di Gampong Pande. Kampung Pande yang berjarak 5 kilometer dari pusat Banda Aceh ini memiliki sejumlah pemandangan yang unik serta wisata-wisata yang menarik yang patut kita kunjungi. Tugu yang dibuat tahun 2012 ini menjadi salah satu magnet bagi wisatawan yang berkunjung. Pada bulan Desember tahun 2004, kawasan ini pernah diterjang tsunami. Namun, secara bertahap kawasan yang menjadi muara Krueng Aceh itu dibangun kembali.

Tugu dengan tinggi yang tidak hampir mencapai 1 meter ini berdiri kokoh dan menjadi salah satu tujuan wisata daerah. Diatasnya sebuah plat dari besi bertulis sebuah kalimat dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Aceh, Indonesia dan Inggris. Sebenarnya, tak ada keterangan tahun pembangunan tugu dan siapa yang membangunnya. Pada Tugu tersebut terdapat tulisan," Di sinoe asai muasai jadi Kuta Banda Aceh tempat geupeudong Keurajeun Aceh Darussalam le Soelthan Johansyah bak uroe phon ramadhan thon 601 Hijriah.". Dalam bahasa Indonesia berarti, " Di sini cikal bakal kota Banda Aceh awal mula kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Johansyah pada 1 Ramadhan 601 Hijriah atau 22 April 1205 M".

Tugu Kilo Nol Banda Aceh



Tugu ini memiliki posisi menghadap ke laut lepas. Ada sekitar 5 pohon ketapang melingkari tugu ini. Disisinya dibangun dua kursi yang menyatu dengan beton tembok.  Anda tidak perlu khawatir jika tidak menemukan makanan saat mengunjungi tempat wisata yang satu ini. beberapa kedai menjajakan berbagai makanan dan minuman ringan.

Penentuan lokasi awal pendirian tugu yang menjadi saksi bisu berdirinya kota Banda Aceh ini dibangun berdasarkan literatur sejarah. Berdasarkan keterangan dari beberapa pihak bahwa dahulu Banda Aceh dibangun oleh Sultan Johansyah di muara krueng Aceh. Sultan Johansyah ini sendiri adalah seorang putra ulama keturunan Bani Saljuk yang berasal dari Turki yaitu Machdum Ali Abdullah Syeh Abdurrauf  Al Baghdady atau dikenal dengan nama Tuan Di Kandang. Beliau datang ke Aceh pada tahun 1116 M bersama 500 rombongan yang terdiri dari sanak saudara, keluarga, ahli tata negara, dan sebagainya. Tujuannya untuk menyebarkan agama Islam. Setelah penyebaran agama Islam, pada tahun 1205 M terbentuk sistem pemerintahan kerajaan Aceh Darussalam. 

Namun sayangnya setelah dihantam tsunami, lokasi-lokasi yang menjadi cikal bakal Banda Aceh ini telah menjadi laut. Setengah dari daerah tersebut sudah tidak ada lagi. Jadi bisa dibilang, jika posisi dari tugu nol kilo Banda Aceh ini terletak di dalam Istana Sultan Johansyah. Beberapa peninggalan yang dapat kita lihat di lokasi Kampung Pande ini ialah kompleks Makam Tuan Di Kandang, yang terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Disana tertera bahwa Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia pada 12 Dzulhijjah tahun 936 Hijriah atau pada 7 Agustus 1530. Lalu ada pula makam Putroe Ijo. Disana terdapat makam-makam raja Aceh. Setelah itu ada juga Mesjid Tuan Di Kandang, yang merupakan tempat yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Banda Aceh. 

Banda Aceh adalah Ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H (22 April 1205). Kerajaan Aceh Darussalam juga dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian dinamakan Krueng Aceh). Sebagai pusat Kerajaan Aceh Darussalam, Banda Aceh juga pernah mengalami masa yang kelam. Sebelumnya, Banda Aceh juga pernah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan oleh Armada Portugis. 

Cikal Bakal Banda Aceh
Ilustrasi Darud Dunia
Semoga situs-situs atau cagar peninggalan sejarah dapat ditata dengan baik dan diperhatikan kondisinya oleh pemerintah setempat. Adanya peran masyarakat dalam menjaga situs-situs bersejarah juga sangat diperlukan. Jangan lupa mampir ke daerah Kampung Pande sebelum memulai penjelajahan ke situs-situs bersejarah lainnya di Banda Aceh. 


Continue Reading...

Sabtu, 19 April 2014

Pilihan

"Hidup bukanlah untuk menunggu hujan reda, tetapi belajar untuk menikmati hujan tersebut."

For people who study for the finals. there´s a nonsense in the title.. Also another tip: don't go on FJ. Seriously.

Mungkin kutipan itu yang sekarang cocok untuk mendeskripsikan hidupku sekarang. Banyak hal yang kulalui pada masa sekolah menengah atas. Masalah yang silih berganti datang, perasaan, tanggung jawab, tingkat belajar yang semakin berat, dan hal lainnya. Pada awalnya mungkin kita akan merasa aneh dengan keadaan sekolah yang baru. Ya, adaptasi. Jujur, aku tidak terlalu suka beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tapi, mau enggak mau ya kita harus beradptasi. karena semakin banyak kita mengalami perpindahan, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh hanya dengan beradaptasi, untuk menemukan sesuatu yang baru.

Suatu malam, aku dan salah satu temanku sedang mengobrol di chat. Ia mengeluh karena banyaknya tugas yang harus ia kerjakan dan hasil ujian yang membuat dia kecewa. Aku pun juga melakukan hal yang sama. Berbicara mengenai ulangan-ulangan yang silih berganti datang, pelajaran-pelajaran yang terkadang menyulitkan, rutinitas yang padat  sampai dengan bernostalgia bersama saat masa-masa SMP. 

Aku bilang, aku bingung karena pelajaran yang kusukai saat SMP, sekarang telah berubah di SMA. Yang dahulunya menjadi paling yang disukai, tapi kini telah menjadi yang paling dihindari. Aku juga bilang, jika aku belum bisa menemukan pelajaran yang benar-benar kunikmati. Entah itu eksat, atau pun non-eksat. Melihat teman-teman ku yang sudah menemukan bagian yang ia sukai, membuat ku semakin iri, dan kepercayaan diriku menjadi rendah. Entah apa, rasa kompetitif semakin tampak setelah kami menginjak semester 2. Teman-temanku terlihat semakin giat belajar, yang dahulu tidak pernah menyimak kini giat menyimak, dan kami saling bertukar catatan jika ada catatan yang tidak lengkap. Hal ini yang tidak terbiasa dan jarang terjadi di SMP. Disatu sisi, aku senang karena mereka semakin lama menggeser kebiasan lama mereka. Namun di sisi lain aku juga takut, takut jika aku gagal dalam suatu pelajaran mengingat suasana kompetitif di kelasku yang cukup rawan. Satu hal yang membuat pikiranku semakin terbebani karena kedua orang tuaku yang menaruh harapan dan kepercayaan agar aku semakin berprestasi di bidang akademi. Hal ini yang jelas membuat aku takut. 

Aku juga berkata, aku tidak tahu apa yang membuat orang berkata bahwa tingkat SMA adalah masa-masa yang menyenangkan. Aku belum bisa menemukan kebahagian di SMA (Mungkin karena aku yang baru memasuki bangku SMA). Bagiku, SMA adalah masa-masa dimana kesulitan dalam belajar itu berada dalam puncak atas. Tak ada waktu untuk bersenang-senang, yang ada hanyalah sekumpulan kertas yang berserakan yang memaksa kita untuk menjawabnya. 

Salah satu temanku berkata, "Ingat ya, sekolah itu bukan kompetisi. Jangan senang kalau dapat rangking 1, kalau kemampuannya ga developed, ya sama aja. Karena kemampuan itu yang diperlukan saat kita kerja." Aku juga sempat berpikir dua kali mengenai hal ini. Tentu saja dia benar. Tetapi di satu sisi, aku juga memikirkan bahwa aku dan temanku berada dalam kurikulum yang berbeda. Sekolahku memakai kurikulum 2013 (tentu saja kurikulum Indonesia) dan temanku memakai kurikulum seperti International Baccalaureate. Mau tidak mau aku harus menjalaninya. Aku tidak mungkin memfokuskan satu pelajaran yang kusukai, sedangkan pada pelajaran lainnya nilaiku anjlok. Inilah kesulitan saat memasuki sekolah dengan seluruh kelas berada dalam bidang IPA. Namun, yang namanya sekolah, semakin lama kita selalu menemukan kesulitan. Dan satu-satunya cara, hanya dengan menikmati kesulitan itu sendiri. Belajar untuk mengenal kesulitan itu misalnya. 

Tapi itulah yang dinamakan pilihan. Dari tangan kita sendiri, kita memilih keputusan tersebut. Keputusan untuk memilih sekolah, salah satunya. Jelas saja kita telah berpikir matang untuk sekolah mana yang akan kita masuki. Dan aku memilih sekolah dengan bidang IPA. Aku telah berpikir matang untuk pilihan yang satu ini. Menurutku, hal ini kulakukan untuk masa depan ku juga.  Karena kita memilih keputusan tersebut, kita juga harus melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Entah itu kesulitan yang kita hadapi, jika itu dikatakan sebagai pilihan atau keputusan maka kita harus menjalaninya. Kita sebagai yang menjalaninya hanya dapat berusaha sekeras mungkin untuk mencapai apa yang kita inginkan kelak. Bersabar adalah salah satu hal yang aku tumbuhkan di sekolahku kali ini.  karena siapa yang dapat menjalaninya sampai akhir, sesulit apapun, maka ia adalah orang-orang yang tangguh dan akan membawa hal yang lebih baik.   Pepatah mengatakan, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. 

"I can conclude that Allah wants my life to not be easy. Whatever I want, I have to fight and work very hard for it. And within the difficult journey(s), I have learned that patience and submission are the key to keeping the whole journey enjoyable. Becayse the journey can be very long. And winding. But with great determination and faith, everything will turn out right, or even better." - Diana Rikasari
Continue Reading...

Rabu, 16 April 2014

Melepas penat di Taman Kota Krueng Aceh

Bagi warga Aceh, siapa yang tak kenal dengan nama Krueng? Ya, sungai yang membelah kota Banda Aceh ini merupakan salah satu objek wisata dengan konsep panorama yang indah dengan aliran sungai yang tenang dan nyaman. Lokasi yang satu ini sangat cocok dikunjungi saat akhir pekan karena dapat melepas kepenatan. Keberadaan Krueng atau  Sungai ini dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Banda Aceh dengan dibuatnya Taman Kota Krueng Aceh yang asri dan dibuat dengan senyaman mungkin. Taman Krueng Aceh ini berlokasi di tepian sungai Krueng Aceh. Karena lokasinya yang berada di tengah-tengah kota, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan.


Taman Krueng Aceh Wallpaper



Dengan Konsep Water Front City nantinya taman ini akan dilengkapi dengan sarana penunjang wisata seperti perahu dan alat memancing. Titik kawasan atau lokasi Waterfront City di Kota Banda Aceh meliputi kawasan Gampong Keudah, Gampong Kuta Alam dan Kawasan Gampong Lamgugob, dengan sarana yang tersedia yaitu tempat rekreasi keluarga di titik Keudah dan Kuta Alam serta wisata air di jembatan lamnyong. Bagi pengunjung yang datang, kawasan Taman Wisata Krueng Aceh ini tidak hanya dijadikan untuk melepas kepenatan sahaja, melainkan dijadikan sebagai jogging track yang berlokasi di dekat jembatan Peunayong. Taman Wisata Krueng Aceh ini seringkali dijadikan sebagai sarana olahraga ataupun tempat pembibitan benih tanaman di Kampung Baru.




 



Sungai Krueng merupakan sungai yang terkenal di Aceh yang panjangnya mencapai 145 kilometer. Sungai ini terbilang cukup bersih jika dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya. Sungai ini melintas di sepanjang wilayah Banda Aceh dan membelah Aceh menjadi dua bagian, yaitu utara dan selatan. Jika dihitung, aliran sungai Krueng sepanjang kota Banda Aceh sekitar 10 kilometer.  Sungai Krueng Aceh biasanya dijadikan sebagai tempat perlombaan dayung perahu pada beberapa tahun sebelumnya. Jika ada perlombaan seperti ini, tak ada salahnya jika anda datang dan melihat sekaligus menikmati Sungai Krueng Aceh tersebut.




 

Suasana sungai yang menyegarkan mata ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas pelengkap hiburan dan keasrian alam lainnya. Seperti pada Taman Pembibitan Krueng Aceh, disini kita dapat melihat berbagai bibit yang dikumpulkan dari seluruh daerah di Aceh. Dilengkapi dengan gazebo, shelter, rumah bibit, lampu taman, bangku dermaga, dan turap yang berfungsi dalam kegiatan pembibitan sekaligus rekreasi. Pembangunan ini dilaksanakan selama 6 bulan. Saat saya datang ke taman ini, pembangunan dari taman pembibitan Krueng Aceh ini cukup bagus dan rapi. Selain itu, lokasinya pun cukup dekat dengan kawasan Mesjid Baiturrahman atau kawasan labi-labi (sejenis mikrolet di Banda Aceh), sehingga jika anda lelah berbelanja atau jalan-jalan anda dapat singgah ke taman ini dan sejenak melepaskan penat. Anda bisa berpiknik bersama keluarga di sekitaran lokasi Gampong Keudah dan Gampong Kuta Alam karena sudah ada fasilitas dengan baik. Pepohonan yang tumbuh ditaman ini membuat pengunjung menjadi betah untuk datang walaupun di siang hari. Pengunjung yang datang ke lokasi biasanya ramai di pagi ataupun di sore hari. Tujuan mereka biasanya adalah refreshing melepas penat dengan keseharian mereka. Terutama di sore hari sepulang kerja. lokasi yang berada di pusat kota membuat para pekerja di Banda Aceh menjadikan Taman wisata ini sebagai alternatif wisata mereka sehari-hari. 



Panorama sungai yang indah ini bisa anda nikmati sambil menyantap beberapa kuliner yang dijajakan para pedagang di sekitar taman. Anda bisa membeli jagung bakar, bakso, mie Aceh dan lain sebagainya. Selain itu, sudah disediakan juga sarana bangku-bangku taman yang bisa anda tempati sembari menikmati makanan tersebut. Tak hanya itu, Anda bisa menaiki beberapa alat transportasi air seperti boat atau kapal khusus tergantung dari minat pengunjung. Rasakan sensasi hembusan angin di atas sungai Krueng itu sendiri.

Seringkali, wisatawan yang berwisata di lintasan sungai Krueng Aceh akan dibawa sampai ke Gampong kuta Raja yang merupakan muara dari sungai Krueng sendiri. Anda akan diceritakan oleh si pemandu wisata mengenai sejarah Gampong Kuta Raja yang merupakan perkampungan pertama yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda.


Malam hari pun tak kalah ramai, dengan tatanan lampu kota yang indah membuat pantulan cahaya di atas sungai tampak mempesona. Maka dari itu, lokasi Taman Wisata Krueng ini jarang terlihat sepi oleh pengunjung. Sangat menarik,bukan? 


Taman sebagai penjaga kualitas kota


Mengapa saya sebut taman sebagai penjaga kualitas kota? Karena seiring didirikannya taman, maka penghijauan taman pun akan terjadi. Hal ini jelas bermanfaat dan menguntungkan masyarakat karena tanaman dapat menyaring debu dan asap dari kendaraan bermotor, sehingga nantinya dapat menimalisir polusi udara. Selain itu, taman juga bermanfaat untuk meredam kebisingan kota yang padat akan aktivitas, dan pelestarian ekosistem. Taman kota dapat menumbuhkan rasa sosialis yang tinggi di dalam lingkungan perkotaan yang kini sangat mengarah pada individualis. Menumbuhkan rasa toleransi, tidak hanya terhadap sesama manusia melainkan terhadup makhluk hidup lainnya. 


Taman yang baik merupakan cerminan kota dengan manusia (masyarakat) yang baik. Manusia merupakan aspek penting dalam sebuah kota, sehingga kualitas manusia akan mempengaruhi kualitas sebuah kota. Hal ini yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah Kota Banda Aceh dalam membangun tata kota.Keberadaan manusia saat ini hampir seperti sudah tidak dapat dipisahkan dengan konteks dunia perkotaan. Sayangnya, urbanisasi terhadap lingkungan perkotaan seringkali dijadikan “tersangka“ yang bertanggung jawab atas permasalahan-permasalahan baik sosial maupun lingkungan yang terjadi. Terdapat kemungkinan bahwa efek-efek yang merusak tersebut terjadi akibat adanya hubungan yang tidak harmonis antara budaya bekerja masyarakat perkotaan tersebut dengan lingkungan alam di sekitarnya. Inilah yang mendasari mengapa masyarakat perkotaan tetap membutuhkan kedekatan yang harmonis terhadap lingkungan alami yang menyehatkan. Salah satu solusi pemenuhan kebutuhan ini tidak lain adalah taman kota.


Taman kota sebetulnya merupakan sebuah ruang terbuka yang dapat mengintegrasikan antara lingkungan, masyarakat, dan kesehatan di lingkungan perkotaan dengan mempromosikan sebuah pendekatan ekologis terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yang didasari pada kontak dengan alam. Selain itu, taman kota juga bermanfaat secara lingkungan, estetis, rekreasi, psikologis, sosial, serta ekonomis bagi masyarakat perkotaan. Untuk Taman Wisata Krueng Aceh yang merupakan taman kota ini perlu adanya peninjauan dan penambahan sarana dan prasarana di lokasi tersebut ataupun peningkatan mutu penganan yang dijajakan.  Selain membuka peluang bagi pengusaha kelas bawah, keberadaan taman tersebut juga membuka peluang baru bagi warga sekitar, khususnya pemuda. Paling tidak, mereka bisa memanfaatkan lahan parkir di lokasi tersebut sebagai sumber pemasukan kas pemda setempat. Selain itu, keberadaan pedagan dan pengelola parkir ini juga menjadi sumber baru bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banda Aceh. Para pengunjung juga diharapkan agar menjaga kebersihan taman kota setempat demi menjaga lingkungan.


Dapat membangun Ekonomi Rakyat


Membangun taman wisata kuliner Krueng Aceh, ternyata tidak hanya untuk memperindah pemandangan Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, tapi ternyata jauh lebih luas lagi, yakni memberi peluang untuk menggeliatnya kembali perekonomian masyarakat, terutama mereka yang berprofesi sebagai pedagang kecil.


Hal ini setidaknya awal dari maksud dan tujuan lahirnya usulan untuk membangun kawasan wisata kuliner dan air Krueng Aceh, yang diajukan Pemko Banda Aceh kepada Sektor Usaha BRR, melalui Satker BRR Pemberdayaan Ekonomi dan Pengembangan Usaha Wilayah I.Pembangunan proyek taman kota sebenarnya diharpkan agar dapat memberikan efek positif dalam menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar, khususnya para pedagang dan minuman ringan. 


Efek dari taman kota sendiri ini harus terasa ke masyarakat, terutaman dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Saya mengharapkan agar masyarakat dan Pemko Banda Aceh dapat memanfaatkan taman kota yang telah tersedia dan melaksanakan segera pembangunan taman kota yang lainnya agar menjadi tidak terbengkalai.


Continue Reading...

Gemuruh Ombak di Pantai Lhok Mee


A Hidden Beach, Lhok Mee. 

Pada akhir pekan, saya bersama keluarga berkesempatan untuk menikmati indahnya pantai Lhok Mee. Dengan menggunakan kendaraan pribadi, kami pun melenggang menuju kea rah Pantai Lhok Mee yang terletak di sebelah timur kota Banda Aceh. Ya, pantai yang berjarak 2 km dari pelabuhan Krueng Raya atau sekitar 35 menit dari mesjid Raya ini mempunyai sejumlah keindahan alam yang mempesona. Saat kami sampai di pantai Lhok Mee, saya beserta keluarga disambut oleh angin yang berhembus lembut dan keindahan pasir putih yang terhampar luas jelas tampak di mata kami. Tak kalah indahnya, di hamparan kiri ada kumpulan pepohonan yang besar namun tidak lapuk walau akar dan batangnya ditelan lautan. 




Beberapa pondok disediakan disekitar area pantai Lhok Mee, meski tak sebanyak di pantai-pantai lainnya. Saya begitu terkesan akan panorama pantai Lhok Mee, sebab laut biru nya berpendar-pendar dengan garis pantai yang memukau. Tak hanya itu, Pantai Lhok Mee menawarkan kita untuk melihat pemandangan laut lepas yang indah. Jika anda membayangkan akan kepanasan karena sinar matahari yang terik, saya jamin anda keliru sebab di pantai Ini kita dapat mandi di bawah rindangnya pepohonan dengan akar yang menjulang di permukaan. Saya pun mencoba untuk menyentuh pasir putih nya. Airnya yang biru seolah mengajak saya untuk bermain air bersama keluarga. Masyarakat sekitar juga menyewa beberapa ban sehingga bagi anda yang tidak dapat berenang, juga bisa bermain air meski dengan menggunakan ban.



Tak hanya pemandangannya saja, di Pantai Lhok Mee ini terdapat terumbu karang yang dihiasi beragam ikan warna-warni. Bagi para pecinta snorkeling, pantai ini adalah salah satu objek yang harus dikunjungi. Para pengunjung seringkali mengumpulkan karang atau cangkang biota laut untuk berbagai kepentingan. Disini kita juga dapat memancing dan melihat indahnya langit sore saat senja hari. Umumnya pemancing memilih lokasi di atas karang yang berjarak sekitar 20 meter dari tepi pantai.  Keindahan pantai ini juga merupakan daya tarik tersendiri bagi penggemar fotografi.  Jangan lupa membawa kamera jika hendak datang ke pantai ini, sebab anda tidak ingin kan melewati pemandangan yang menakjubkan?





Bagi anda yang tidak suka bermain air, anda dapat menikmati keindahan panorama pantai Lhok Mee sambil bersantai di pondok yang telah disediakan. Anda dapat memesan es kelapa muda untuk menghilangkan dahaga atau menyusuri hamparan luas pasir putih Lhok Mee ini. Beberapa makanan dan minuman pun juga tersedia, diantaranya Ikan bakar, Mie goring/rebus, nasi putih, dan aneka makanan ringan lainnya. Sedangkan untuk minuman, anda dapat menjumpai aneka soft drink, teh manis, dan air mineral. Tak ketinggalan es kelapa muda yang dapat menghilangkan dahaga. Anda juga dapat bermain bola, Frisbee ataupun mengajak keluarga anda membenamkan sebahagian anggota tubuh ke dalam pasir putih yang dinilai ada manfaatnya. Lokasi ini sangat cocok bagi anda yang membawa keluarga. Namun, bagi Anda yang mendambakan eksotisme pantai, tak ada salahnya menyambangi lokasi ini.

Sebelum masuk ke area pantai, saya dan keluarga bergerak kea rah timur Banda Aceh dengan melewati beberapa tanjakan dan turunan. Tenang saja, anda tidak perlu takut sebab jalanannya sudah teraspal dengan baik, sehingga bisa dilewati oleh kendaraan roda empat. Dalam perjalanan, saya menikmati pemandangan laut yang terbentang luas dari atas bukit dan pemandangan pegunungannya yang berhasil mengusir penat saya.

Mengapa saya katakan pantai ini tersembunyi? Sebab lokasi pantai Lhok Mee ini tersembunyi di balik pegunungan atau lebih dikenal dengan sebutan bukit Suharto. Letaknya di jalan Krueng Raya – Laweung sehingga dahulu pantai ini tidak banyak yang dikunjungi. Mengapa disebut sebagai bukit Suharto sebab semasa memimpin Indonesia, penguasa orde baru itu ikut menggagas penghijauan bukit tersebut. Sebelum tsunami tahun 2004, pantai ini tidak ramai diketahui oleh warga kota Banda Aceh dan sekitarnya. Seakan pantai ini tersembunyi. Warga sekitar menjadikan lokasi ini sebagai tempat menambatkan sapi ternaknya. Bahkan banyak sapi yang dilepaskan dan bebas membuang kotoran di pasir pantai. 

Ketika tsunami, lokasi ini dijadikan salah satu lokasi pembangunan rumah bantuan untuk korban tsunami. Berawal dari desas-desus relawan yang bekerja di seputaran lokasi tersebut, membuat warga kota Banda Aceh penasaran. Akhirnya kini menjadi lokasi yang ramai di kunjungi wisatawan. Pada saat pertama kali saya datang ke daerah ini, Pantai ini belum diurus dengan serius. Meski banyak wisatawan lokal yang berkunjung, namun berbagai fasilitas publik seperti Musholla, toilet yang representatif, ruang ganti belum tersedia. Bahkan para penjaja makanan juga kurang tertata. Masing masing dari mereka atau secara pribadi mendirikan pemondokan yang cukup sederhana dengan lokasi yang kurang tertata. Mungkin karena belum terbiasa, sampah-sampah makanan pun ikut bertebaran sehingga menganggu pemandangan Lhok Mee yang indah sehingga bisa dikatakan jika para wisatawan dan penjaja makanan belum bisa menyatu mengenai kebersihan pantai.

Namun pada kunjungan terakhir yang saya datangi, saya sudah melihat berbagai sarana publik seperti musholla, ruang ganti, dan kamar mandi. Hal itu cukup menenangkan mengingat adanya tanggapan dari pemerintah mengenai lokasi objek wisata yang satu ini. Untuk masuk ke lokasi pantai ini, anda akan dipungut biaya sekitar Rp.5,000 untuk sekali masuk. Jika anda membawa kendaraan, anda dapat memarkirnya di mana saja sebab gratis tanpa dipungut biaya. Namun sebaiknya anda memarkirnya dengan rapi ataupun dibawah pohon kelapa.

Jangan ragu-ragu untuk datang ke lokasi yang satu ini. Bagi para wisatawan lokal maupun non lokal, saya sangat merekomendasikan pantai yang satu ini karena ragam pesona, eksotisme dan keindahannya yang tak kalah dari pantai lainnya. Saya jamin anda akan membawa pulang kenangan berharga dari pantai Lhok Mee ini.


Continue Reading...

Senin, 14 April 2014

Peunajoh Aceh, Seni Atraksi Sebuah Daerah

Tidak lengkap rasanya bila mendatangi suatu daerah tanpa mencicipi aneka cita rasa makanan tradisional daerah setempat, begitu juga bila anda mendatangi kawasan Banda Aceh. Saat datang ke daerah seribu sultan ini, anda akan disuguhkan dengan banyaknya jajanan tradisional khas Aceh yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh ataupun dimakan saat liburan.

Jika anda berkunjung ke Banda Aceh, jangan lewatkan memburu jajanan khas Aceh di daerah Aceh Besar, tepatnya daerah Lhoknga dan Lampisang. Beberapa kedai yang terletak di tepi jalan ini menyuguhkan berbagai macam jajanan khas Aceh. Kue Bhoi adalah salah satu jajanan tradisional Aceh yang memiliki bentuk bervariasi. Mulai dari bentuk ikan, bunga, bintang dan lain-lain. Berbeda dengan bolu-bolu yang dijual di bakery, kue Bhoi memiliki bentuk permukaan yang kasar dan lebih bantet bila dibandingkan dengan bolu-bolu yang lain. Kue yang menjadi salah satu ciri khas Aceh ini memiliki tekstur bagian luar yang kering, dan bagian lembut didalamnya. Uniknya, kue ini dapat bertahan cukup lama karena perantaraan gula sebagai pengawet. Di daerah Aceh sendiri kue ini disajikan dalam berbagai acara diantaranya hajatan seperti kelahiran dan sunatan. Pada saat proses seserahan, Kue Bhoi dapat dijadikan sebagai salah satu isi dari bingkisan seserahan yang dibawa oleh calon pengantin pria untuk calon pengantin perempuan pada saat acara pernikahan. Proses pembuatan kue Bhoi ini pun tergolong cukup rumit. Kue Bhoi dapat dinikmati berkisar dengan harga Rp.5000 sampai dengan ratusan ribu. 


                              

Jajanan lainnya yang dapat kita temui ialah Keukarah. Apa yang ada di dalam benak anda mendengar kata 'Keukarah'? Anda akan terkejut bila melihat penampilan dari jajanan yang satu ini. Banyak orang yang mengira jika Keukarah ini terbuat dari sarang burung walet. Namun nyatanya tak ada campuran sarang burung walet dalam adonannya. Karena teksturnya, Keukarah seringkali disamakan dengan sarang burung walet, namun bentuknya lebih beraturan dan dapat divariasikan sesuai selera. Keukarah adalah penganan yang terbuat dari campuran tepung dan santan. Bahan yang diperlukan untuk membuat kue ini antara lain tepung beras,gula dan air yang diaduk menjadi satu adonan kental dan tidak terputus Keukarah dapat bertahan selama beberapa bulan karena menggunakan banyak gula. Alasannya? agar kue ini lebih keras dan tahan lama. Bukan hanya gula saja, Garam pun ikut berpengaruh pada adonan tepung. Karena bentuknya unik, kue ini seringkali dijadikan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Banda Aceh. Pembuatan keukarah ini harus dilakukan dengan kesabaran dan ketelitian yang besar. Sebab, kue tersebut hanya digoreng satu persatu dalam satu penggorengan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Di daerah Aceh, peunajoh ini sering dijumpai pada saat acara-acara adat, hari raya maupun kenduri di Aceh. Tak jarang, banyaknya permintaan membuat penjual jajanan tradisional Aceh kian bersemangat untuk terus menjajakan kue Khas Aceh yang mulai terlupakan.


                            


Yang ketiga ini cukup istimewa. Pernakah anda mendengar slogan 'Pemulia Jamee Adat Geutanyoe'? Begitulah masyarakat Aceh dalam memuliakan tamu. Cara masyarakat Aceh memuliakan tamu tidak hanya berdasarkan perilaku, namun dicirikan dalam kuliner tradisional. Salah satunya ialah Meuseukat.  Kudapan sejenis dodol Aceh ini merupakan makanan khas Aceh yang terbuat dari tepung terigu dan campuran buah nanas. Teksturnya lunak dan cukup manis. Kue yang satu ini terbilang mempunyai kasta yang tinggi karena hanya disajikan pada acara tertentu saja, seperti prosesi perkawinan dan hari raya. Penganan yang satu ini terbilang cukup unik sebab tidak menggunakan santan seperti umumnya kue khas Aceh. Didalam adonan kue, dimasukkan mentega. Tujuannya agar kudapan tersebut legit dan tidak lengket. Kini, karena rasanya yang dominan manis membuat penganan yang satu ini diburu oleh para wisatawan dan dijadikan sebagai oleh-oleh khas Aceh. Jika anda berkunjung ke daerah Banda Aceh, jangan lewatkan kelezatan kudapan yang satu ini. Anda bisa mendapatkannya di gerai-gerai pinggir jalan yang berada di daerah Aceh Besar. 


                               


Jika anda singgah di Banda Aceh, jangan lupa mampir ke daerah Lampisang sebab gerai-gerai yang menjual penganan khas Aceh dapat dijumpai disekitar pinggiran jalan Banda Aceh-Meulaboh. Adapun kue khas Aceh lainnya yaitu kue bungong jaroe, Bu Gring, Kue Seupit  atau biasa dikenal dengan nama Semprong, Badar Rateuk, Halua Breuh, manisan pala, dan Timpan juga tersedia. Anda akan puas memperoleh oleh-oleh khas Aceh dengan harga yang cukup terjangkau.  

Makanan Tradisional sebagai Cerminan Daerah

Aceh mempunyai bermacam keanekaragaman yang harus dilestarikan keberadaannya. Salah satunya pada kuliner tradisional yang saat ini marak dilupakan. Padahal, hal yang sering terlupakan di tengah pemikiran masyarakat bahwa seni kuliner dari suatu daerah merupakan cerminan dari tradisi dan kebudayaan daerah tersebut. Seperti halnya Meuseukat, kebudayaan masyarakat Aceh dalam memuliakan tamu merupakan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, dan hukum masyarakat yang berlaku yang diwujudkan dalam seni kuliner. Didalam tersajinya sebuah makanan, mengandung hal-hal tertentu yang dapat kita ambil kesimpulannya. Keragaman kuliner Aceh merupakan cermin pluralitas budaya yang belum banyak ditemui pada kuliner bangsa-bangsa lain di dunia. Secara sosiologis dan antropologis, aneka kuliner di Aceh juga mencerminkan keragaman dan kekayaan kultural masyarakat Aceh itu sendiri. Makanan rakyat, adalah salah-satu cerminan unsur budaya yang cukup sentral karena menunjukkan penanda keragaman pencerapan tubuh manusianya, yang dalam hal ini adalah lidah dan selera, yang ternyata tidak sama alias memiliki kekhasan dalam setiap etnis dan masyarakat di daerah tersebut. Seringkali, meski tidak selalu-yang dijadikan sebagai penanda untuk menunjuk kekhasan dan keunikan suatu daerah, sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan itu sendiri. Seperti lazimnya kita ketahui bahwa ketika orang mengunjungi sebuah tempat wisata, mereka juga tak semata-mata ingin menikmati keindahan atau kekhasan suatu daerah yang dikunjungi, melainkan juga ingin mengetahui dan merasakan kekhasan makanan dan kuliner daerah atau tempat yang mereka datangi dan mereka kunjungi. Saya berharap agar masyarakat Aceh lebih antusias dalam melestarikan dan membudidayakan kuliner khas Aceh yang mulai dilupakan oleh zaman. 




Continue Reading...